8 april 2014
Jogja,
kota wisata yang menyimpan berbagai macam misteri, tradisi, pendidikan, wisata,
dan lain sebagainya yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan sekali tulis. Di
sepanjang jalan berdiri gedung-gedung bertingkat, mulai dari hotel,
supermarket, dan bank. Diseluruh tempat di jogja tidak ada lagi jalan tanah,
semua jalan sudah daspal dengan halus, bahkan bila ada lobang dan jalan kurang
rata, dinas pekerjaan umum akan segera memperbaiki jalan. Jalan tanah biasanya sering terlihat di daerah luar Jawa
yang masih jauh dari sentuhan tangan pemerintah. Akses transportasi berupa
jalanan yang mulus memberikan kenyamanan pada pengendara roda empat dan roda
dua, karena kenyamanan ini, masyarakat yang ingin mencapai tempat dlam waktu
singkat, membeli kendaraan untuk memudahkan transportasi. Alhasil, kenyamanan
yang diberikan membuat bertambahnya jumlah kendaraan pribadi di jogja. Tidak hanya motor kendaraan
yang mendominasi jalanan, mobil pun tidak mau kalah saing.
Di
setiap sudut jogja yang memiliki lampu lalu lintas, ketika lampu menunjukkan
warna merah, terlihat antrian motor dan mobil yang panjang. Terlebih di
pusat-pusat keramaian di sekolah, pasar dan swalayan. Terkadang, ketika semua
kendaraan berhenti ada saja segeintir orang berpakaian lusuh meminta-minta ataupun
mengamen. Sebagian dari mereka ada yang tampil nyentrik dengan make up berlebihan dan pakaian seperti
biduan dangdut mereka sering disebut Waria lampu merah. Memang ada-ada saja ide
untuk mencari uang.
Pukul
12.45, ditemani dengan motor dan mobil di kiri dan di kanan, saya menunggu
lampu merah berubah menjadi hijau. Selagi menunggu lampu merah, di samping kiri
saya terdapat pengamen kreatif yang sedang membunyikan alat musik buatan
mereka. Menurut orang yang menunggu lampu merah, pengamen kreatif ini cukup
menghibur untuk melepas penat dan membuat salah satu anggota tubuh bergoyang.
Kenapa disebut kreatif ? karena alat musik yang diamainkan, terbuat dari barang
seadanya yang dengan kreatifitas mereka terciptalah alat musik seperti drum yang terbuat dari karet pipih digabung dengan gentong, angklung
yang terbuat dari bambu dan alat music lainya. Ketika mendengar musik dari
pegamen kreatif ini, saya menghentakkan kaki mengikuti irama musik. Saat lampu
merah menunjukkan detik-detik terakhir, salah satu dari pengamen tadi menarik
sumbangan sukarela kepada para pengendara.
Lampu
merah selama 60 detik dan 120 detik sudah termasuk waktu yang lama ketika
mengantri di lampu merah, terlebih jika cuaca terik, masyarakat lelah setelah
pulang kerja, pengendara motor ugal-ugalan, hal-hal seperti ini dapat menyulut
emosi seseorang. Terbukti ketika lampu merah belum berubah menjadi hijau, ada
beberapa pengendara yang tidak sabar membunyikan klaksonnya secara berulang-ulang.
Walaupun ada beberpa kejadian yang menyulut emosi, lalu lintas tetap ramai lancar.
Jika ada pelanggaran lalu lintas, Pak Polisi sudah siap ditempat persembunyian
untuk mengejar target.
Beberapa
hari yang lalu (1-6 april 2014) ketika musim kampanye tiba, jogja seperti kota
para geng motor. Kenapa seperti itu ? karena simpatisan partai yang ikut
berkampanye, mengendarai motor yang sudah dimodifikasi knalpot motornya supaya
bisa bersuara keras dan dapat terdengar hingga jarak ± 1 KM. Apabila bersebelahan
dengan para simpatisan yang mengendari motor, bersiaplah untuk merasakan
sensasi telinga pecah. Lebay ah ! . Tidak hal ini tidak berlebihan, karena
pengalaman saya dan teman-teman ketika bertemu dengan rombongan simpatisan
dengan motor modifikasinya, telinga kami serasa mau pecah mendengar suara dari
knalpot motor para simpatisan. Selain itu, para simpatisan partai mengibarkan
bendera besar untuk menunjukkan identitas partainya, mereka juga memakai baju
sesuai dengan warna partainya dan mereka juga melanggar lau lintas dengan tidak
menggunakan helm SNI di kepala mereka. Kemana perginya Pak Polisi ? entahlah,
mungkin mereka sudah menganggap wajar momentum 5 tahun sekali ini. Asalkan lalu
lintas tetap lancar, polisi tidak mau bertindak kepada simpatisan yang
jumlahnya lumayan banyak.
Sore
ini (8 april 2014, 17.30) ketika selesai mencari buku di Sosial Agency ( tidak dapat bukunya, hehe),
saya melewati jalan biasa untuk pulang ke kost melewati depan wilayah
peprustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Fenomena yang jarang terlihat dan
tak sempat saya abadikan adalah langit sore ini begitu indah Masya Allah,
alangkah indah lukisan alam Allah. Matahari memancarkan sinar orange,
dikelilingi awan mendung tertutup oleh bangunan tinggi di pinggir jalan
menghasilkan cahaya yang setengah orange dan bayangan bangunan. Susah diungkap
dengan tulisan, hanya mata yang dapat menggambarkan fenomena ini. Fenomena ini
berlanjut hingga tiba adzan magrib. Andai ada satu gambar yang bisa saya
abadikan dengan kamera handphone, sayang saya tidak membawanya.
Besok
tanggal 9 april, momentum 5 tahun sekali ini sagat ditunggu-tunggu masyarakat terlebih
bagi para calon terpilih, ada beberapa orang yang mengatakan ini adalah pesta
rakyat. Entah bagaimana hal ini dapat disebut dengan pesta mungkin dengan
adanya musik dangdut pada saat kampanye. Warna – warni bendera partai,
menyebakan beberapa orang yang tidak mengetahui siapa pemimpin yang sesuai
dengan pilihan hatinya kebingungan menetukan pilihan. Termasuk saya mahasiswa
rantau dari pulau seberang, tidak tahu harus memilih siapa.
Para
calon terpilih menampilkan senyum termanisnya di baliho dan papan besar
dipinggir jalan. Tidak hanya itu, mereka juga menampilkan janji-janji unik yang
mengena di hati para remaja dan masyarakat, seperti aku rapo po, tidak pelit, dan lain sebagainya. Selain itu di tempat
lain, berbekal photoshop foto beberapa calon diedit dengan editan paling keren
dan hasilnya akan ditempel di papan besar supaya masyarakat dapat melihat foto
para calon.
Di
TPU (Tempat Pemilihan Umum) hari ini (8 april 2014, 19.00) sudah dimulai
persiapan logistic Pemilu, mulai dari bilik suara, tempat tunggu, kertas
pemilih, tinta celup, dan lain sebagainya. Panitia pun sudah mengecek semuanya.
Malam ini di setiap TPU ramai para panitia yang akan menjadi pelaksana supaya
pemilu 9 April lancar. Untuk pilihan ? ada di tangan masyarakat. Sebagaian dari
mereka yang tidak terdaftar di KPU lebih memilih tidak menggunakan hak
suaranya. Banyak mahasiswa rantau yang tidak menggunakan hak suaranya dengan
alasan tidak mengenal siapa calon pemimpin mereka.
Semoga
pilihan rakyat 9 April besok, bisa mengemban amanah yang telah dipercayakan
disetiap coblosan kertas yang mereka yakini dapat membangun negeri ini dengan
lebih baik. Amiin
0 komentar:
Posting Komentar