Waktu pelaksanaan Pemilu (Pemilihan Umum) tinggal menghitung hari. Spanduk-spanduk kampanye sudah bertebaran disetiap sudut jalan. Setiap partai memiliki calonya masing-masing mereka berasal dari background yang berbeda-beda seperti dari Politik, Ekonomi, Akademis, Ulama, bahkan sampai Artis dan Vokalis Band. Tapi apakah mereka sudah kompeten ?
Kepemimpinan yang sejati bukanlah masalah memiliki pekerjaan atau jabatan tertentu. Agar kita bisa terus mengembangkan diri dalam peran kita, kita perlu membangun tim yang produktif dan terus mengejar pencapaian melalui proses yang maksimal. Kita harus membantu orang lain mengembangkan keahlian mereka agar menjadi pemimpin sesuai kemampuan mereka. Jika kita memiliki keahlian dan dedikasi, kita bisa mencapai puncak kepemimpinan dimana pengalaman membuat kita bisa memperluas pengaruh kita melebihi jangkauan dan waktu kita, untuk keuntungan orang lain. Berikut ini akan diuraikan sedikit tentang lima level kepemimpinan menurut John C. Maxwell.
1. Position
Pada pemimpin
level 1, seseorang dituruti semata-mata karena posisi atau jabatannya. Ia duduk
di sana karena ia memegang hak tertulis. Orang-orang mengikutinya, karena suatu
keharusan. Memiliki jabatan tidak salah, namun menggunakan jabatan untuk
membuat orang lain mengikuti itu salah. Jabatan tidak bisa menggantikan
pengaruh. Orang yang hanya mencapai level 1 bisa menjadi atasan, namun mereka
tidak pernah menjadi pemimpin. Jabatan ada level terendah dalam kepemimpinan.
Pemimpin ini sebaiknya segera memperbaiki diri agar ia menapak naik ke pemimpin
level 2, disebut perkenaan.
2. Permission
Pemimpin level 2
hanya didasarkan pada hubungan dengan orang lain. Ia tidak selalu mengacu pada
peraturan tertulis, melainkan mulai menghargai orang-orang yang melakukan
terobosan sebagai warna yang harus diterima. Orang-orang pun senang dan
menerima kepemimpinannya bukan lagi semata-mata karena hak, melainkan hubungan.
Mereka mengikuti karena mereka menghendakinya. Kita bisa menyukai orang lain
tanpa memimpin mereka, namun kita tidak bisa memimpin orang lain dengan baik
jika kita tidak menyukai mereka, itulah inti dari level 2. Tetapi apabila hanya
sekedar berdasarkan hubungan saja, dan orang-orang merasa senang maka ia bisa
menjadi pemimpin yang populis, yang anak-anak terpimpinnya tidak terpacu untuk
maju.
3. Production
Pemimpin yang
baik tidak hanya sekedar menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan, mereka
menyelesaikan segalanya. Oleh karena itu, idealnya seorang pemimpin naik lagi
ke pemimpin level 3, yaitu maju dengan kompetensi dan memberi hasil yang dapat
dilihat secara kasat mata. Pemimpin level 3 ini disebut produktivitas dan
orang-orang di bawahnya mau mengikuti kepemimpinannya karena hasil yaitu hasil
nyata yang tampak pada kesejahteraan mereka dan kemajuan organisasi. Pemimpin
pun senang karena pekerjaannya dengan mudah diselesaikan oleh orang-orang yang
dedikatif, bekerja karena momentum. Biasanya level tiga ini berdampingan atau
tipis sekali batasnya untuk melompat ke level empat. Ini hanya soal kemauan
berbagi saja dan relatif tidak sulit karena hasilnya ada dan bukti-buktinya
jelas. Pemimpin level 4 ini disebut mengembangkan orang lain dan hasilnya
diberi nama reproduksi.
4. People Development
Pemimpin level 4
adalah pemimpin langka yang bukan cuma sekedar memikirkan nasibnya sendiri,
melainkan juga nasib organisasi. Ia tidak rela sepeninggalnya ia dari
organisasi, lembaga itu mengalami kemunduran. Mereka menggunakan posisi,
relasi, dan produktivitas untuk berinvestasi dalam pengikut mereka dan
mengembangkan mereka hingga para pengikut itu menjadi pemimpin. Produktivitas
mungkin bisa membuat kita memenangkan sebuah pertandingan, namun mengembangkan
orang lain akan membuat kita memenangkan semua pertandingan. Pemimpin level 4
mengubah hidup orang-orang yang mereka pimpin. Sejalan dengan itu, orang-orang
mereka mengikuti karena apa yang telah dilakukan oleh pemimpin mereka untuk
mereka secara pribadi.
5. Personhood
Kepemimpinan
level 5 ini oleh Jim Collins disebut sebagai pemimpin dengan professional will
dan strategic humility. Kepemimpinan ini disebut sebagai spiritual leader yang
tampak dari perilaku-perilakunya yang merupakan cerminan dari pergulatan batin
dalam jiwanya (inner voice). Orang-orang seperti ini tidak mencerminkan
kebengisan, melainkan ketulusan hati. Ia bisa saja mengalami benturan-benturan,
tetapi semua itu bukanlah kehendaknya pribadi. Orang yang baik hati seperti
Gandhi saja ternyata juga dicaci maki dan dibunuh, tetapi satu hal yang jelas,
ia diikuti oleh banyak orang karena dirinya dan apa yang ia suarakan. Mereka
patuh karena respek. Mereka tahu persis bahwa bahaya terbesar akan terjadi kala
mereka mulai populis, yaitu ingin disukai semua orang ketimbang dihormati.
Seseorang yang penuh rasa hormat, menyenangkan, dan produktif bisa memberikan
pengaruh besar dalam diri orang lain dan memperoleh pengikut dengan sangat
mudah. Orang-orang mengikuti mereka karena jati diri dan apa yang mereka
wakili. Dengan kata lain, kepemimpinan mereka memperoleh reputasi positif.
Setelah
mengetahui lima level kepemimpinan yang ada, kita perlu memahami bagaimana
setiap level berhubungan satu dengan yang lain. Kita bisa naik satu level,
namun kita tidak akan pernah meninggalkan level sebelumnya. Level tersebut
merupakan dasar untuk membangun level selanjutnya. Semakin tinggi level kita,
kita akan semakin mudah untuk memimpin dan semakin besar pula hasilnya, namun
mencapai level yang lebih tinggi butuh waktu, usaha, dan komitmen, serta
membutuhkan pengembangan diri lebih lanjut. Terlebih lagi, kita tidak akan bisa
menapaki semua level itu sendirian, kepemimpinan adalah menerima orang lain di
mana pun mereka berada, lalu membawa mereka ke suatu tempat. Inilah inti dari Lima
Level Kepemimpinan.
Pemimpin level berapakah anda ?
Sumber: http://www.kaskus.co.id/post/53159234ffca17ce408b4590#post53159234ffca17ce408b4590 dengan sedikit perubahan.
0 komentar:
Posting Komentar