Pages

Jumat, 14 Maret 2014

Level Kepemimpinan (John C. Maxwell)

         Waktu pelaksanaan Pemilu (Pemilihan Umum) tinggal menghitung hari. Spanduk-spanduk kampanye sudah bertebaran disetiap sudut jalan. Setiap partai memiliki calonya masing-masing mereka berasal dari background yang berbeda-beda seperti dari Politik, Ekonomi, Akademis, Ulama, bahkan sampai Artis dan Vokalis Band. Tapi apakah mereka sudah kompeten ?   

              Kepemimpinan yang sejati bukanlah masalah memiliki pekerjaan atau jabatan tertentu. Agar kita bisa terus mengembangkan diri dalam peran kita, kita perlu membangun tim yang produktif dan terus mengejar pencapaian melalui proses yang maksimal. Kita harus membantu orang lain mengembangkan keahlian mereka agar menjadi pemimpin sesuai kemampuan mereka. Jika kita memiliki keahlian dan dedikasi, kita bisa mencapai puncak kepemimpinan dimana pengalaman membuat kita bisa memperluas pengaruh kita melebihi jangkauan dan waktu kita, untuk keuntungan orang lain. Berikut ini akan diuraikan sedikit tentang lima level kepemimpinan menurut John C. Maxwell.


1. Position


Pada pemimpin level 1, seseorang dituruti semata-mata karena posisi atau jabatannya. Ia duduk di sana karena ia memegang hak tertulis. Orang-orang mengikutinya, karena suatu keharusan. Memiliki jabatan tidak salah, namun menggunakan jabatan untuk membuat orang lain mengikuti itu salah. Jabatan tidak bisa menggantikan pengaruh. Orang yang hanya mencapai level 1 bisa menjadi atasan, namun mereka tidak pernah menjadi pemimpin. Jabatan ada level terendah dalam kepemimpinan. Pemimpin ini sebaiknya segera memperbaiki diri agar ia menapak naik ke pemimpin level 2, disebut perkenaan.

2. Permission


Pemimpin level 2 hanya didasarkan pada hubungan dengan orang lain. Ia tidak selalu mengacu pada peraturan tertulis, melainkan mulai menghargai orang-orang yang melakukan terobosan sebagai warna yang harus diterima. Orang-orang pun senang dan menerima kepemimpinannya bukan lagi semata-mata karena hak, melainkan hubungan. Mereka mengikuti karena mereka menghendakinya. Kita bisa menyukai orang lain tanpa memimpin mereka, namun kita tidak bisa memimpin orang lain dengan baik jika kita tidak menyukai mereka, itulah inti dari level 2. Tetapi apabila hanya sekedar berdasarkan hubungan saja, dan orang-orang merasa senang maka ia bisa menjadi pemimpin yang populis, yang anak-anak terpimpinnya tidak terpacu untuk maju.

3. Production


Pemimpin yang baik tidak hanya sekedar menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan, mereka menyelesaikan segalanya. Oleh karena itu, idealnya seorang pemimpin naik lagi ke pemimpin level 3, yaitu maju dengan kompetensi dan memberi hasil yang dapat dilihat secara kasat mata. Pemimpin level 3 ini disebut produktivitas dan orang-orang di bawahnya mau mengikuti kepemimpinannya karena hasil yaitu hasil nyata yang tampak pada kesejahteraan mereka dan kemajuan organisasi. Pemimpin pun senang karena pekerjaannya dengan mudah diselesaikan oleh orang-orang yang dedikatif, bekerja karena momentum. Biasanya level tiga ini berdampingan atau tipis sekali batasnya untuk melompat ke level empat. Ini hanya soal kemauan berbagi saja dan relatif tidak sulit karena hasilnya ada dan bukti-buktinya jelas. Pemimpin level 4 ini disebut mengembangkan orang lain dan hasilnya diberi nama reproduksi.

4. People Development


Pemimpin level 4 adalah pemimpin langka yang bukan cuma sekedar memikirkan nasibnya sendiri, melainkan juga nasib organisasi. Ia tidak rela sepeninggalnya ia dari organisasi, lembaga itu mengalami kemunduran. Mereka menggunakan posisi, relasi, dan produktivitas untuk berinvestasi dalam pengikut mereka dan mengembangkan mereka hingga para pengikut itu menjadi pemimpin. Produktivitas mungkin bisa membuat kita memenangkan sebuah pertandingan, namun mengembangkan orang lain akan membuat kita memenangkan semua pertandingan. Pemimpin level 4 mengubah hidup orang-orang yang mereka pimpin. Sejalan dengan itu, orang-orang mereka mengikuti karena apa yang telah dilakukan oleh pemimpin mereka untuk mereka secara pribadi.

5. Personhood


Kepemimpinan level 5 ini oleh Jim Collins disebut sebagai pemimpin dengan professional will dan strategic humility. Kepemimpinan ini disebut sebagai spiritual leader yang tampak dari perilaku-perilakunya yang merupakan cerminan dari pergulatan batin dalam jiwanya (inner voice). Orang-orang seperti ini tidak mencerminkan kebengisan, melainkan ketulusan hati. Ia bisa saja mengalami benturan-benturan, tetapi semua itu bukanlah kehendaknya pribadi. Orang yang baik hati seperti Gandhi saja ternyata juga dicaci maki dan dibunuh, tetapi satu hal yang jelas, ia diikuti oleh banyak orang karena dirinya dan apa yang ia suarakan. Mereka patuh karena respek. Mereka tahu persis bahwa bahaya terbesar akan terjadi kala mereka mulai populis, yaitu ingin disukai semua orang ketimbang dihormati. Seseorang yang penuh rasa hormat, menyenangkan, dan produktif bisa memberikan pengaruh besar dalam diri orang lain dan memperoleh pengikut dengan sangat mudah. Orang-orang mengikuti mereka karena jati diri dan apa yang mereka wakili. Dengan kata lain, kepemimpinan mereka memperoleh reputasi positif.


Setelah mengetahui lima level kepemimpinan yang ada, kita perlu memahami bagaimana setiap level berhubungan satu dengan yang lain. Kita bisa naik satu level, namun kita tidak akan pernah meninggalkan level sebelumnya. Level tersebut merupakan dasar untuk membangun level selanjutnya. Semakin tinggi level kita, kita akan semakin mudah untuk memimpin dan semakin besar pula hasilnya, namun mencapai level yang lebih tinggi butuh waktu, usaha, dan komitmen, serta membutuhkan pengembangan diri lebih lanjut. Terlebih lagi, kita tidak akan bisa menapaki semua level itu sendirian, kepemimpinan adalah menerima orang lain di mana pun mereka berada, lalu membawa mereka ke suatu tempat. Inilah inti dari Lima Level Kepemimpinan.


Pemimpin level berapakah anda ?


Sumber: http://www.kaskus.co.id/post/53159234ffca17ce408b4590#post53159234ffca17ce408b4590 dengan sedikit perubahan.

Rabu, 12 Maret 2014

Antusiasme Supporter Indonesia di Stadion Maguwoharjo

Rabu, 5 maret 2014, 19.00 WIB (Stadion Maguwoharjo)

                Pada malam ini akan disiarkan pertandingan sepakbola persahabatan antara Indonesia dan  Malaysia melalui salah satu stasiun tv swasta. Walaupun hanya pertandingan persahabatan, laga yang mempertemukan 2 rumpun melayu ini selalu menarik untuk ditonton. Terlihat antusias warga di warung-warung tempat makan yang menyediakan fasilitas tv, di warung kopi, di kost dan di rumah. Supaya suasana lebih meriah, warga yang meyukai bola menonton pertandingan di tv bersama keluarga atau dengan teman-teman.


                Antusiasme warga untuk mendukung negaranya tidak hanya terlihat di depan tv. Di Stadion Maguwoharjo terlihat warga memadati pintu gerbang stadion, lapangan luas di sebelah stadion dijadikan tempat parkir motor yang saat itu jumlahnya ratusan. Sebelum memasuki stadion, warga diwajibkan membeli tiket masuk yang tersedia dalm 2 pilihan yaitu tribune (Rp 40.000) dan bukan tribune (Rp 35.000). Karena adanya peran calo yang bertujuan menjual tiket kepada warga supaya warga lebih mudah menjangkau tiket, harga tiket menjadi meningkat Rp 5.000 – Rp 10.000. Hal ini tidak menyurutkan minat warga untuk tetap masuk ke stadion dengan harga tiket yang sedikit lebih mahal. Sebelum memasuki stadion, warga yang membawa tas diperiksa oleh petugas keamanan (Polisi) untuk memastikan tidak membawa senjata tajam. Setelah itu tiket diperiksa keaslianya, barulah warga yang menjadi supporter dapat memasuki stadion.

               
                   Di dalam stadion, jumlah supporter tidak terlalu memadati tribune tapi cukup untuk meramaikan, terlebih untuk memberikan semangat kepada Timnas U-23. Malam itu seluruh tribune didominasi oleh supporter Timnas U-23 yang memakai baju berwarna merah menyala. Di lapangan sebelah kanan terlihat Timnas U-23 sedangkan disebelah kiri Timnas Malaysia mereka sedang melakukan pemanasan ± selama 30 menit. Kick off dimulai pada pukul 20.00 WIB saat itu pertandingan berlangsung biasa saja tidak terlalu menarik. Di tribun sebelah barat, supporter Timnas U-23 meneriakkan jargon dan lagu-lagu untuk menyemangati Timnas U-23. Menariknya ketika supporter di sebelah kiri meneriakan kata-kata yang membentuk menjadi lagu seperti paduan suara, spontan seluruh supporter mengikuti teriakkan itu sehingga terdengar seperti bersahut-sahutan (merinding bangga mendengarnya). Hal menarik lainya, saat Timnas Indonesia mencetak gol ke-2, supporter dari sebelah barat membuat mozaik sederhana dari 2 kertas berwarna berbeda, merah dan putih. Sekilas terlihat seperti bendera Indonesia, bedanya ditengah-tengah warna merah putih terlihat huruf INA yang berarti Indonesia. Sebagian supporter yang takjub langsung mengeluarkan gadget ataupun kamera mereka dan mengambil moment ini.


                Pertandingan ini berakhir dengan skor 3 Indonesia – 0 Malaysia, walaupun ditengah pertandingan terjadi insiden pelemparan botol air mineral dan pelemparan kertas gulungan terhadap pemain Timnas Malaysia, pertandingan ini tetap dilanjutkan sampai waktu habis. Sebagian supporter ada yang pulang setelah pertandingan selesai dan ada yang berfoto-foto mengabadikan momen di Stadion Maguwoharjo. Selang beberapa menit, terjadi kericuhan antara supporter dan petugas keamanan yang tidak diketahui apa sebabnya. Kericuhan yang berlangsung 10 menit ini tidak menghentikan kegiatatan supporter yang berfoto. Semoga insiden ini tidak membuat panitia pertandingan kapok untuk mengadakan acara di Stadion Maguwoharjo. Amiin.           

Sabtu, 08 Maret 2014

Nama Unik Massabon


        Massabon, hanya sebuah nama saja di dalam blogger ini. Nama Massabon mempunyai filosofi sendiri bagiku. Di dalam dunia blogger setiap orang mempunyai nama, mulai dari nama yang unik, nama yang mudah diingat, dan nama penulis blogger sendiri. Massabon merupakan nama yang terpikirkan ketika membuat blogger ini, tujuannya supaya nama ini mudah diingat dan berbeda dari orang lain.


        Massabon merupakan singkatan dari Mas dan Abon. Mas adalah panggilan kepada lelaki yang sudah remaja pada masyarakat Jawa. Sedangkan abon adalah jenis makanan dari olahan daging (sapi, kerbau dan binatang laut) yang diawetkan. Daging disuwir dalam bentuk kecil tapi tidak sampai hancur, kemudian ditambahkan bumbu sebagai penyedap rasa selanjutnya digoreng. Abon biasanya dimakan dengan nasi sebagai lauk rasanya yang gurih dan enak membuat makanan ini banyak peminatnya. Aku termasuk peminat abon walaupun belum mencicipi semua jenis abon. Abon udang merupakan salah satu dari sekian banyak jenis abon. Abon ini dapat diperoleh di Bali, Lampung dan Surabaya sebagai oleh - oleh untuk dibawa pulang.



Udang merupakan binatang laut yang biasa dijadikan masakan atau toping nasi goreng yang biasa dinamakan seafood atau nasi goreng seafood. Salah satu olahan udang yang sangat terkenal di Indonesia adalah “Ebi”. Ebi merupakan udang kecil yang dikeringkan dan biasa menjadi toping di masakan sayur kangkung supaya rasanya menjadi lebih gurih.




Siapa yang menduga nama “Ebi” sebutan untuk udang kering itu juga melekat padaku. Aku dilahirkan dengan nama Krisna Eby Dewantara, karena nama tengahku yang lebih sering dipanggil dibandingkan nama depanku, jadilah nama Eby melekat padaku. Sebenarnya Eby merupakan nama singkatan dari Elvian Benny nama bapakku (sumber dari cerita ibu). Setiap saat berkenalan dengan orang namaku selalu diingat dengan udang kering. Walaupun sudah berkali-kali menjelaskan namaku Eby tanpa huruf i, tapi tetap saja kalau dipanggil tetap sama Eby ataupun Ebi tak jauh berbeda ketika diucapkan. Sempat malu juga dengan nama Eby yang konotasinya merupakan sebuah makanan bernama udang kering. Nama Krisna sering juga kupergunakan jika berkenalan dengan orang baru, tapi ternyata nama Eby lebih banyak dikenal. Akibat nama ini lebih dikenal dan lebih mudah diingat aku tidak malu lagi dipanggil Eby dengan tambahan udang kering dibelakangnya.

Itulah kisah singkat terciptanya nama Massabon, semoga nama ini lebih banyak diingat dan dapat memberikan kontribusi terbaik dalam dunia blogger. Amin.